Kegiatan Bikon

Kegiatan Bikon
Achievement Motivation Training: Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Bikon

Minggu, 08 Januari 2012

Komunikasi Efektif Antar Orangtua dan Anak

Modernitas memang memaksa orang bergerak cepat, serba sibuk, dengan segala kepadatannya. Rutinitas yang senantiasa bergerak cepat dan padat tersebut tentu berpengaruh terhadap keluarga. Salah satu dampanya adalah komunikasi orangtua dan anak akan semakin berjarak. Kesempatan untuk saling memahami dan mendalami pun akan semakin sempit.
Sebagai solusinya, orangtua perlu membentuk komunikasi yang efektif di antara sempitnya ruang waktu bersama keluarga. Komunikasi, sesungguhnya tidak hanya terbatas dalam bentuk kata-kata. Komunikasi, adalah ekspresi dari sebuah kesatuan yang sangat kompleks. Bahasa tubuh, senyuman, peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata.
Ada dua hal selain pola komunikasi yang efektif (terbuka).
Pertama, orang tua harus memahami kepribadian anak. Kedua, orang tua harus melihat kematangan berpikir anak. Jika kedua syarat tersebut tidak dilakukan, jangan berharap komunikasi antara anak dan orang tua bisa nyambung. Yang terjadi, orang tua pun tidak tahu kebutuhan anaknya dan anak tidak tahu keinginan orang tuanya seperti apa.

PAHAMI KEPRIBADIAN ANAK  
Sebagai petunjuk, salah satu yang mempengaruhi atau menentukan kepribadian anak yaitu temperamen. Ada 4 temperamen manusia yang sangat popular, yakni plegmatis, sanguin, koleris, dan melankolis. Keempat temperamen ini ada pada diri setiap anak, hanya saja kadarnya berbeda-beda. Namun biasanya, ada satu temperamen yang paling menonjol dari keempatnya, seperti:
1. Tipe Plegmatis
Anak cenderung pendiam sekalipun dalam keadaan sakit, dia tidak banyak bicara. Anak tipe ini juga lebih banyak jadi pengamat dan bila mengerjakan sesuatu selalu tuntas.
Kadang tipe ini dipandang sebagai orang yang lamban. Sebenarnya bukan karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Mudah bergaul dan santai serta mudah diajak rukun dan menyenangkan. Anak bertipe plegmatis juga tenang, teguh, sabar dan seimbang, tidak banyak bicara tetapi bijaksana, simpatik dan baik hati. Lebih suka menyembunyikan emosi dan idupnya penuh tujuan. Punya banyak akal dan bisa mengucapkan kata-kata yang tepat di saat yang tepat. Pendengar yang baik, memiliki rasa humor yang tajam. Terhadap anak dengan temperamen seperti ini, orang tua harus lebih proaktif untuk memancingnya bicara.
2. Tipe Sanguin
Punya banyak teman dan sangat menonjol di lingkungannya. Orang Sanguin ini orangnya gampangan. Caranya menyelesaikan pekerjaannya adalah dengan cara yang dianggapnya paling menyenangkan. Bagi dia kalau pekerjaan itu menyenangkan maka dia bisa-bisa tidak ingat waktu. Sayangnya, sang Sanguin ini terkesan bertele-tele karena ingin selalu mencari celah-celah pekerjaan yang bagi dia bisa menimbulkan kegembiraan.
Tipe sanguine juga pandai bercerita, tak mudah marah maupun sedih, dan memiliki sifat-sifat positif lainnya. Negatifnya, dia tak bisa membedakan situasi, sehingga ia terlihat sebagai sosok yang tak bisa diajak serius.
Dalam menghadapi anak bertipe sanguine, hendaknya orang tua bersikap sebagai seorang pendengar yang baik dan mengarahkan anaknya agar tidak sampai terbawa khayalan atau berbohong. Misalnya, "Wah, tadi mama lihat Kakak jatuh sampai berdarah-darah." Orang tua mungkin bisa memintanya menjelaskan lebih detail, "Bagian mananya yang berdarah?" Hindari reaksi, "Oh ya, bagaimana bisa Kaka sampai banjir darah?" Jika terlalu direspons seperti itu anak akan melebih-lebihkan lagi ceritanya. Jika tidak diarahkan, kelak anak akan sulit membedakan mana yang kenyataan dan mana yang hanya khayalan/pikirannya saja.
3. Tipe Koleris
Anak terlihat gesit, energik dan nyaris tak pernah diam. Memiliki bakat memimpin, tangguh sekaligus berkemauan keras untuk belajar dan maju. Paling tak suka diatur, punya kemauan sendiri, dan cukup keras. Misalnya, anak tidak mau disuruh mandi, "Dek, ayo mandi sudah siang."   "Enggak mau, ah, Ma, pengin nonton dulu." Kalau anak  membantah seperti itu, hendaknya orang tua tidak terpancing marah. Akan lebih bijaksana jika berkata "Ayo, dong, mandi. Mandi pagi itu kan sehat. Lihat, deh teman-temanmu di luar sudah mandi semua."
Sementara untuk anak yang sudah lebih besar orang tua harus bicara tegas dan konsisten karena untuk menghadapi anak tipe ini orang tua harus tetap memegang kendali atau lebih dominan (perpaduan antara komunikasi terbuka dan satu arah). Kalau tidak, anak bisa berkembang semau-maunya dan jadi susah diatur.
Hal yang harus diwaspadai, anak bertemperamen seperti ini cenderung mengabaikan perasaan orang lain, sulit bertenggang rasa pada usaha dan penderitaan yang tengah dilakukan orang lain, serta tidak suka melihat anak lain merengek. Jadi tak salah bila orang tua mengajarkan nilai empati kepada anak seperti ini. 
4. Tipe Melankolis
Anak bertipe ini senangnya rapi dan sistematis. Dalam menyelesaikan pekerjaan maka anak akan cenderung memilih cara terbaik . Kalau ada manualnya maka dia akan mengikuti manual itu 100 % benar. Kelebihannya, dalam bekerja anak bertemperamen seperti ini termasuk perfeksionis. Orang tua mesti pandai-pandai menjaga perasaannya. Jangan sampai menyinggung dan membuat hatinya terluka.
Bila ia berbuat salah, tegur dengan halus dan terfokus pada kesalahan yang dilakukannya. Hindari cara-cara kasar, seperti membentak-bentak atau melabelinya dengan predikat negative. Namun jika cara penanganannya tepat, dalam arti orang tua selalu menggunakan bahasa yang baik dan halus saat berkomunikasi dengannya, maka anak pun bisa menjalin komunikasi yang terbuka dan merasa dekat dengan orang tua.

KEMATANGAN BERPIKIR
Setiap komunikasi verbal pasti melibatkan kemampuan kognitif. Bukankah kemampuan berbahasa berkembang seiring dengan kemampuan kognitif atau berpikir anak? Nah, kemampuan berpikir ini sejalan dengan meningkatnya usia. Menurut Jean Piaget, seorang tokoh psikologi perkembangan, kemampuan berpikir anak 7 tahun ke bawah dengan 7 tahun ke atas memiliki perbedaan nyata. Anak di bawah 7 tahun ada dalam tahap berpikir praoperasional. Maksudnya dalam memahami sesuatu anak masih berpikir konkret atau belum dapat berpikir secara abstrak. Kemampuan berbahasanya pun masih terbatas.
Sementara kemampuan berpikir anak di atas 7 tahun sudah berada pada tahap operasional. Ia sudah dapat memahami hal-hal yang abstrak. Pergaulan mereka semakin kompleks, tak hanya sebatas lingkungan keluarga tetapi juga teman bermain di luar keluarganya atau peer group, dan sering membuat kendala komunikasi (jarak) dengan orang tua. Di usia ini pada umumnya mereka lebih senang mencurahkan isi hatinya pada teman ketimbang pada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki trik-trik komunikasi berdasarkan temperamen dan kematangan berpikir anak. 
Sebagai penutup, bagaimanapun juga, setiap anak memiliki karakteristik berbeda-beda yang membutuhkan pendekatan berbeda-beda pula. Jadi, orang tualah yang lebih tahu rumusan berkomunikasi efektif dengan anaknya. Sekadar sebagai petunjuk, inilah beberapa hal yang dapat dijadikan patokan atau bahan-bahan dasar dalam sebuah resep berkomunikasi efektif. Tentu saja orang tua harus menambahkan bumbu tersendiri yang disesuaikan dengan kepribadian anaknya.  Semoga kita  mampu menjadi orangtua yang selalu dibanggakan oleh putra-putri tercinta. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar